Drs. Bandi: Pengertian Pantun

SMA Negeri 8 Tangerang

SEJARAH SINGKAT
SMA Negeri 8 Tangerang berdiri sejak tahun 2003 silam ketika itu dipimpin oleh Kepala Sekolah Bpk Drs. Empik Sukmadadi, pada tahun pelajaran pertama jumlah siswa 6 rombel dengan jumlah siswa 240 orang, dari jumlah pendaftar sebanyak 570 calon peserta didik. Pada tahun 2005 terjadi pergantian pimpinan, SMA Negeri 8 Tangerang dipimpin oleh Bpk Tatang Sutardy, M.Pd. kondisi sekolah secara fisik sudah dilengkapi oleh sarana prasarana, peserta didik berjumlah 18 rombel, jumlah keseluruhan peserta didik 720 orang, terdiri dari kelas X 240, kelas XI 240, kelas XII 240. Pada tahun 2006 kembali terjadi pergantian pimpinan SMA Negeri 8 Tangerang dipimpin oleh Bpk. H. Hikmat, S.Pd., MM hingga sekarang.
Pada Tahun pelajaran 2006/2007 SMA Negeri 8 Tangerang dipercaya untuk menjalankan kurikulum program R-SMA-BI hingga sekarang. Sejak berdiri SMA Negeri 8 Tangerang selalu mengukir prestasi sekolah baik dibidang akademik maupun bidang ekstra kurikuler, seperti setiap tahun siswa teladan tingkat kota selalu dari SMA Negeri 8 Tangerang, kejuaraan science, MIPA dst. Adapun dibidang ekskul prestasi olah raga sampai ditingkat internasional, termasuk dibidang kesenian. Dewasa ini segenap jajaran pimpinan, dewan guru dan staf sedang giat-giatnya merpersiapkan ISO 9001:2008 dan R-SMA-BI Negeri 8 menuju SBI (Sekolah Bertaraf Internasional)

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalambahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).


Categories:

Leave a Reply